Jumat, 28 Juni 2013

administrasi



ADMINISTRASI DAN ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
KEC. SUKOHARJO KAB. PRINGSEWU

(Makalah)

Oleh :
Kelompok 6




FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN AKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM LANDASANSOSIAL BUDAYA

(Makalah)

Oleh :
Kelompok 4



 





                                             
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN AKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM LANDASANSOSIAL BUDAYA

(MAKALAH)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah
Landasan social budaya bimbingan dan konseling
Program Study Pada Bimbingan Dan Konseling
Semester II (Genap)
 









SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2012


HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR NAMA KELOMPOK

NO
NAMA
NPM
PARAF
1
DWI ENDANG NOVITA SARI
11020015
1
2
RISTINA WARDANI
11020026
2
3
ALI TAN TOMMY
110200
3
4
IMAM BAHARI
110200
4
5
KARTINI
110200
5
6
ASROHANA
09020182
6
7
YAHYA YOGA PRATAMA
110200
7
8
PATRIA SUKIYANTO
110200
8








Pringsewu, 29 maret 2013
Mengetahui
Dosen Pengampu



AINUR ROSIDAH S.Pd,

KATA PENGANTAR


Alhamdulillah penulis bersyukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia serta kenikmatan sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ini.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna untuk itu melalui pengantar ini penulis mohon kritik dan saran sehingga karya ini bisa lebih baik dan sempurna.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga karya ini bisa terwujud.





Pringsewu, 29 maret 2013



Penulis








DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL...............................................................................................
DAFTAR NAMA KELOMPOK............................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah..............................................................................
B.     Rumusan Masalah........................................................................................

BAB II            PEMBAHASAN
A.       Landasan Dasar Perlunya Organisasi Bk Di Sekolah..................................
B.       Prinsip-Prinsip Organisasi Bk......................................................................
C.       Pola Organisasi Bk Di Sekolah....................................................................
D.       Pola Organisasi Bimbingan Dan Konseling Yang Disarankan....................
E.        






BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Secara global yang melatar belakangi factor penyebab Arus modernisasi disamping berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam bidang komunikasi dan transportasi. Disisi lain ternyata telah melahirkan dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial. Manusia modern telah terperdaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena tidak mampu mengontrol dampak sampingnya, seperti rusaknya lingkungan (banjir, longsor, polusi udara, dan air) yang memporak-porandakan kenyamanan hidupnya sendiri.
Kehidupan yang berlalu berorientasi kepada kemajuan dalam bidang material (pemenuhan kebutuhan biologis) telah menelantarkan supra empiris manusia, sehingga terjadi pemiskinan rohaniyah dalam dirinya. Kondisi ini ternyata sangat kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan sosial yang terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti : perasaan cemas, stress, dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan moral atau sistem nilai.
Dalam suatu penelitian terhadap masyarakat Barat dikemukakan bahwa akibat sampingan dari gaya hidup modern, seperti di negara-negara industri adalah munculnya berbagai problem sosial dan personal yang cukup kompleks. Problema te4rsebut seperti : () ketegangan fisik dan psikis, (2) kehidupan yang serba rumit, (3) kekhawatiran atau kecemasan akan masa depan, (4) makin tidak manusiawinya hubungan antar individu, (5) rasa terasing dari anggota keluarga dan anggota masyarakat lainnya, (6) renggangnya hubungan kekeluargaan, (7) terjadinya penyimpangan moral dan sistem nilai, dan (8) hilangnya identitas diri (Rusdi Muslim, Suara pembaharuan, 9 Oktober 1993).
Masalah lain sebagai dampak negatif dari kehidupan modern ini adalah semakin kompleknya jenis-jenis dan syarat-syarat pekerjaan, jenis dan pola kehidupan, jenis dan kesempatan pendidikan, persaingan antar individu, dan sebagainya. Dengan demikian individu dituntut untuk lebih mampu menghadapi berbagai masalah seperti masalah penyesuaian diri, masalah pemilihan pekerjaan, masalah perencanaan dan pemilihan pendidikan, masalah-masalah hubungan sosial, masalah keluarga, masalah keuangan, dan masalah-masalah pribadi. Dapat dimaklumi bahwa tiap individu dapat berhasil dengan sebaik-baiknya mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini individu-individu tertentu perlu mendapatkan bantuan yang memadai dalam usaha mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh masalah-masalah yang dihadapinya itu.
Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan masyarakat, dan mempunyai tanggung jawab untuk membantu para siswa atau peserta didik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai suatu lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu diantara kegiatan yang diberikan oleh sekolah; namun sesungguhnya kegiatan itu saja belum cukup memadai dalam menyiapkan siswa untuk terjun ke masyarakat dengan berhasil. Oleh karena itu, sekolah hendaknya memberikan bantuan secara pribadi kepada siswa agar mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Siswa hendaknya dibantu, agar apa yang mereka terima di sekolah merupakan bakal untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Di dalam situasi inilah bimbingan dan konseling akan terasa diperlukan sebagai suatu bentuk bantuan kepada siswa. Program bimbingan dan konseling membantu berhasilnya program pendidikan pada umumnya.

B.        Batasan Masalah
1.         Sebutkan macam-macam factor  yang mempengaruhi belajar.
2.         Bagaimana proses dan tahapan yang mempengaruhi dalam belajar.

C.       Tujuan yang ingin dicapai
Dalam penyusunan makalah ini,penulis mempunyai beberapa tujuan :
1.                  Penulis ingin mengetahui teori- teori factor yang mempengaruhi belajar.
2.         Penulis ingin mengetahui proses dan tahapan yang mempengaruhi dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Faktor-Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Layanan BK
Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan keadaannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyarakat itu.
Jadi kebutuhan akan bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yang m enambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai berikut :
a.       Perubahan Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970 keluarga di Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti, seperti : melemahnya otoritas pria (suami), meningkatnya tuntutan kesamaan hak bagi kaum perempuan, dan meretaknya kedekatan hubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti oleh permasalahan lain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun 1970 sampai tahun 1980-an, dan kecenderungan pola orang tua tunggal (one/single-parent) dalam keluarga. Suatu artikel yang berjudul “Typical American Family-A Vinishing Institution” menyimpulkan hasil penelitian dan pemikiran sejumlah para ahli nasional tentang keluarga sebagai berikut :
1)      Anak-anak diasuh secara berbeda dan sering dilakukan oleh orang luar (outsiders)
2)     Ibu merasa dihantui oleh perasaan bersalah pada saat meninggalkan anak-anaknya untuk pergi bekerja.
3)      Perceraian dan masalah lain yang menyertainya terus meningkat.
4)      Keluarga kehilangan fungsi ekonomi, karena kaum perempuan menjadi lebih mandiri dalam bidang finansial.
5)      Pasangan suami-istri cenderung kurang berminat untuk mempunyai anak.
Masalah lain yang menerpa keluarga di Amerika adalah sebagai berikut :
1)      Meningkatnya pelecehan seksual terhadap anak-anak yang diestimasi mulai 5% sampai 15% dari penduduk Amerika. Pelecehan ini melibatkan para nggota keluarga atau orang-orang yang dikenal oleh keluarga. Dalam banyak kasus, pelecehan seksual ini dipicu oleh masalah lain, seperti minuman keras, ketidakfungsian keluarga, dan ekonomi yang murat-marit.
2)      Masalah pemukulan terhadap istri merupakan peristiwa yang sering terjadi dalam keluarga. Kasus ini diperkirakan sekitar satu juta peristiwa dalam satu tahunnya.
3)      Banyak orang tua yang datang ke konselor untuk mendiskusikan kesulitan dalam berkomunikasi dengan anak, dan masalah penyalahgunaan obat dan minuman keras yang dilakukan anak.
Terkait dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey (1997) mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang sangat kuat dan dramatis, yaitu terjadinya peristiwa berikut :
1)      Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.
2)      Persentase orang tua tunggal (single parent) telah berlipat ganda.
3)      Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, banyak pernikahan yang berakhir dengan perceraian.
4)      Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar 300%.
5)      Skor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir.
6)      Masalah nomor satu para wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan kekerasan (pemerkosaan). Sekitar empat juta wanita telah mendapat perlakuan kasar dari para pasangannya.
7)      Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di Sekolah Menengah Atas.
Ketidak fungsian keluarga yang melahirkan dampak negatif bagi kehidupan moralitas anak telah mendapat perhatian organisasi wanita se-Asia Pasifik (Pan Pacific South east Asia Women’s Association, PPSEWA), yaitu dengan mengadakan konferensinya yang ke 20 di Kuala Lumpur, Malaysia. Konferensi itu menyimpulkan bahwa ‘kerusakan yang terjadi dalam keluarga di abad 20 semakin buruk. Perceraian dan perpisahan, nyata-nyata menempati posisi tinggi. Diperkirakan sekitar 40%-50%’ generasi mendatang akan menjadi keluarga yang broken home,  akibat perceraian orang tuanya, atau mereka yang hanya memiliki orangtua tunggal (single parent). Oleh karena itu, tidak boleh kaget apabila kenakalan remaja, kekerasan dan tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak muda akan semakin mewabah. Disamping itu, kebergantungan para pemuda pada obat-obatan terlarang tidak akan dapat dikontrol lagi, di sebagian besar negara di dunia ini (Suara Pembaharuan : 27 Nopember 1997).
Senada dengan pernyataan di atas, Kartini Kartono (Pikiran Rakyat, 11-12-1995) mengemukakan bahwa pesatnya arus globalisasi itu telah berpengaruh kepada kehidupan keluarga menjadi atomistic dan cenderung mengecilkan keutuhan keluarga. Dalam masyarakat modern, baik ayah maupun ibu masing-masing sibuk mencari nafkah, mengejar karir atau kesibukan lainnya. Sedangkan anak-anak bersekolah, mencari kawan seusia dan melakukan macam-macam eksperimen, serta pengalaman sendiri. Keadaan ini menyebabkan komunikasi antara orang tua dan anak menjadi sangat longgar atau tidak intim (bersifat formalistik dan seklias). Anak-anak juga kurang diberi kesempatan berdialog dengan orang tua dan adik kakanya secara akrab dan terbuka. Masing-masing individu (anggota keluarga) banyak yang kesepian, merasa tidak punya kawan berbicara dan merasa terabaikan. Menurunnya perhatian, bimbingan dan kasih sayang orang tua diduga keras menjadi penyebab merosotnya prestasi pendidikan anak usia sekolah, dan meningkatnya kasus kenakalan remaja yang sudah menjurus ke arah brutalitas serta sadisme di kota-kota besar. Keluarga memang memberikan pengaruh yang sangat menentukan pada pembentukan watak, kebiasaan hidup, dan kepribadian anak.
Kecenderungan kehidupan keluarga seperti digambarkan diatas, sangatlah tidak diharapkan, karena bagaimanapun keadaan keluarga itu sangat berpengaruh kepada kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Keutuhan, kestabilan, dan keharmonisan keluarga yang diwarnai nilai-nilai agama akan melahirkan generasi muda yang berakhlak mulia, dan juga suasana kehidupan masyarakat yang harmonis. Apabila yang terjadi sebaliknya, maka malapetaka yang dialami oleh para anggota keluarga dan juga masyarakat pada umumnya.
Untuk memelihara keutuhan atau keharmonisan keluarga memang tidaklah mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal (dalam keluarga itu sendiri) maupun faktor eksternal. Ketidaksiapan atau ketidak mampuan keluarga dalam melaksanakan atau menghadapi faktor-faktor tersebut akan menjerumuskannya ke lembah keretakan (broken home) atau ketidak berfungsian keluarga.
Faktor internal terkait dengan sikap dan perlakuan orangtua, atau keberfungsian keluarga. Sehubungan dengan hal itu, Djawad Dahlan (1989) mengemukakan bahwa termanifestasikannya rasa cinta dalam tingkah laku setiap anggota keluarga yang tanpa pamrih akan dirasakan anak didik sebagai contoh atau teladan dari orangtuanya yang memberi arti bagi kehidupan pribadi anak yang mandiri. Keluarga seperti ini akan memperlihatkan pamornya sehingga anak akan merasa aman hidup bersama orangtuanya yang berwibawa.  
Yaumil C. Akhir (Djuriah M. Utja, 1995) dalam membahas fungsi keluarga, mengemukakan bahwa terdapat beberapa fungsi keluarga, yaitu (a) fungsi keagamaan, (b) fungsi sosial budaya, (c) fungsi cinta kasih, (d) fungsi perlindungan, (e) fungsi reproduksi, (f) fungsi sosialisasi dan pendidikan, (g) fungsi ekonomi, dan (h) fungsi pembinaan lingkungan.
Keluarga yang fungsional (normal) adalah keluarga yang diandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Saling memperhatikan dan mencintai
2)      Bersikap terbuka dan jujur
3)      Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan mengakui pengalamannya.
4)      Ada sharing masalah diantara anggota keluarga
5)      Mampu berjuang mengatasi masalah kehidupannya
6)      Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi
7)      Orang tua mengayomi atau melindungi anak
8)      Komunikasi antar anggota keluarga berlangsung dengan baik
9)      Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai budaya
10)    Mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
Apabila suatu keluarga telah dapat melaksanakan fungsi-fungsi di atas, maka dalam keluarga tersebut akan berkembang situasi kehidupan yang sakinah, mawadah, warahmah. Dalam hal ini, para anggota keluarga akan merasakan ketentraman batin, kebahagiaan hidup, karena adanya sikap mengasihi sikap mengasihi, mencintai dan membantu.
Sementara keluarga yang disfungsional (tidak normal) ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Adanya pengekangan dorongan dan penindasan perasaan
2)      Mengalami kematian emosional, dingin dalam pergaulan, kurang adanya kehangatan dan persahabatan, penuh kemuraman dan kesedihan.
3)      Kurang bisa beradaptasi dengan keadaan yang berubah
4)      Tidak berfungsinya struktur keluarga.
Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti diatas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera mendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah. Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yang dihadapinya adalah layanan konseling (family counseling) yang diberikan oleh seorang konselor yang profesional.
b.      Perkembangan Dunia Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini berarti pemberian kesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun oleh badan swasta. Kesempatan yang terbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalangan yang berbeda-beda latar belakangnya antara lain : agama, etnis, keadaan sosial, adat istiadat, dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalah yang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Tidak sedikit konflik yang terjadi dalam kelompok semacam itu. Kelompok itu terdiri atas orang-orang yang pada mulanya tidak hendak bersatu, sedangkan dalam kesempatan yang terbuka itu, mereka terpaksa bergaul bersama-sama.
Hal ini sering menimbulkan terjadinya kelompok-kelompok kecil yang berusaha memisahkan diri dari kelompok besar dimana mereka berada. Dan hal ini menambah meruncingnya pertentangan-pertentangan yang memerlukan pemecahan yang sungguh-sungguh. Pemecahan ini dapat diperoleh dengan melaksanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah. Pada tahun 1970 telah terjadi perubahan yang cukup dramatis di sekolah-sekolah negeri di Amerika, yaitu meningkatnya perhatian terhadap penuntasan keterampilan belajar yang fundamental, seperti membaca, menulis, berbicara, dan aritmatik/matematika.
Sebagai akibat dari pelaksanaan falsafah demokrasi dan perkembangan teknologi, program pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan pun perlu dikembangkan sesuai dengan perkembangan masyarakat itu. Perkembangan pendidikan tampak dalam tiga arah, ialah arah meninggi, meluas, dan mendalam.
Arah meninggi tampak dalam bertambahnya kesempatan dan kemungkinan bagi murid untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Arah ini menimbulkan kebutuhan bimbingan bagi murid-murid untuk memilih kelanjutan sekolah kelanjutan sekolah yang paling tepat, serta menilai kemampuan murid yang bersangkutan, apakah dia tepat untuk melanjutkan pelajaran.
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat bagi setiap murid.
Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan ekonomi tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap bidang studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan bimbingan di sekolah.
c.       Dunia Kerja
Dewasa ini masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih penting dibandingkan pada masa sebelumnya. Fenomena ini disebabkan oleh adanya berbagai perubahan dalam dunia kerja, terutama pada tahun 1970-an. Berbagai perubahan itu diantaranya sebagai berikut :
1)      Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki keterampilan.
2)      Meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki keterampilan teknik.
3)      Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
4)      Berkembangnya perindustrian diberbagai daerah
5)      Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru
6)      Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.

d.      Perkembangan Komunikasi
Dampak media massa (terutama televisi) terhadap kehidupan manusia sangatlah besar. Pengaruhnya seperti virus influensa yang mudah menyebar ke tubuh manusia. Televisi telah menjadi pusat hiburan keluarga. Dewasa ini anak-anak dan para remaja rata-rata menghabiskan waktu setiap harinya sekitar 6 jam untuk menonton televisi. Propaganda atau iklan yang ditayangkan televisi telah mengembangkan sikap konsumerisme di kalangan masyarakat.
Di samping itu program-program yang ditayangkannya tidak sedikit yang merusak nilai-nilai pendidikan, karena banyak adegan kekerasan, mistik, dan a moral. Sehubungan dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi orang tua untuk membimbing anak, dalam rangka mengembangkan kemampuannya untuk menilai setiap tayangan yang ditontonnya secara kritis. Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil keputusan (decision-making skill) merupakan pendekatan yang sangat tepat.
e.       Pembawaan dan Lingkungan

Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik dan menjadi tersia-siakan.















BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebutuhan akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan keadaannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh individu yang terdapat dalam masyarakat itu.
Ketidakberfungsian keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupan moralitas anak. Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti di atas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera mendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah. Salah satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan dan konseling yang berupaya membantu  untuk memelihara keutuhan atau keharmonisan keluarga.
 Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini berarti pemberian kesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan yang terbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalangan yang berbeda-beda latar belakangnya antara lain : agama, etnis, keadaan sosial, adat istiadat, dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalah yang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Pemecahan ini dapat diperoleh dengan melaksanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah.
Berbagai perubahan dalam dunia kerja menuntut keahlian khusus dari para pekerja. Untuk itu perlu dipersiapkan tenaga-tenaga yang terampil dan memiliki sikap mental yang tangguh dalam bekerja. Bimbingan dan konseling diperlukan untuk membantu menyiapkan mental para pekerja yang tangguh itu.


DAFTAR ISI
SUMBER: Dr Syamsu Yusuf ,LN. Dr. A.Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT Remaja Rosdakarya,bandings


Tidak ada komentar:

Posting Komentar