ADMINISTRASI DAN
ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH SMA NEGERI
1 SUKOHARJO
KEC. SUKOHARJO KAB.
PRINGSEWU
(Makalah)
Oleh
:
Kelompok
6
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBUTUHAN AKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
LANDASANSOSIAL BUDAYA
(Makalah)
Oleh
:
Kelompok
4
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
TAHUN 2012
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBUTUHAN AKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM
LANDASANSOSIAL BUDAYA
(MAKALAH)
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Mata Kuliah
Landasan
social budaya bimbingan dan konseling
Program
Study Pada Bimbingan Dan Konseling
Semester
II (Genap)
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
TAHUN 2012
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR NAMA KELOMPOK
NO
|
NAMA
|
NPM
|
PARAF
|
1
|
DWI ENDANG NOVITA SARI
|
11020015
|
1
|
2
|
RISTINA WARDANI
|
11020026
|
2
|
3
|
ALI TAN TOMMY
|
110200
|
3
|
4
|
IMAM BAHARI
|
110200
|
4
|
5
|
KARTINI
|
110200
|
5
|
6
|
ASROHANA
|
09020182
|
6
|
7
|
YAHYA YOGA PRATAMA
|
110200
|
7
|
8
|
PATRIA SUKIYANTO
|
110200
|
8
|
|
|
|
|
Pringsewu,
29 maret 2013
Mengetahui
Dosen
Pengampu
AINUR ROSIDAH S.Pd,
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah penulis bersyukur
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia serta kenikmatan sehingga
penulis bisa menyelesaikan karya ini.
Penulis menyadari bahwa karya ini
masih jauh dari sempurna untuk itu melalui pengantar ini penulis mohon kritik
dan saran sehingga karya ini bisa lebih baik dan sempurna.
Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih kepada semua pihak sehingga karya ini bisa terwujud.
Pringsewu,
29 maret 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................
DAFTAR NAMA KELOMPOK............................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah..............................................................................
B.
Rumusan Masalah........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Landasan
Dasar Perlunya Organisasi Bk Di Sekolah..................................
B. Prinsip-Prinsip
Organisasi Bk......................................................................
C. Pola
Organisasi Bk Di Sekolah....................................................................
D. Pola Organisasi Bimbingan Dan Konseling Yang Disarankan....................
E.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara global yang melatar belakangi factor penyebab Arus
modernisasi disamping berdampak positif, seperti diperolehnya kemudahan dalam
bidang komunikasi dan transportasi. Disisi lain ternyata telah melahirkan
dampak yang kurang menguntungkan, yaitu dengan menggejalanya berbagai problema
yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial. Manusia
modern telah terperdaya oleh produk pemikirannya sendiri, karena tidak mampu
mengontrol dampak sampingnya, seperti rusaknya lingkungan (banjir, longsor,
polusi udara, dan air) yang memporak-porandakan kenyamanan hidupnya sendiri.
Kehidupan yang berlalu berorientasi kepada kemajuan dalam
bidang material (pemenuhan kebutuhan biologis) telah menelantarkan supra
empiris manusia, sehingga terjadi pemiskinan rohaniyah dalam dirinya. Kondisi
ini ternyata sangat kondusif bagi berkembangnya masalah-masalah pribadi dan
sosial yang terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman, seperti
: perasaan cemas, stress, dan perasaan terasing, serta terjadinya penyimpangan
moral atau sistem nilai.
Dalam suatu penelitian terhadap masyarakat Barat dikemukakan
bahwa akibat sampingan dari gaya hidup modern, seperti di negara-negara
industri adalah munculnya berbagai problem sosial dan personal yang cukup
kompleks. Problema te4rsebut seperti : () ketegangan fisik dan psikis, (2)
kehidupan yang serba rumit, (3) kekhawatiran atau kecemasan akan masa depan,
(4) makin tidak manusiawinya hubungan antar individu, (5) rasa terasing dari
anggota keluarga dan anggota masyarakat lainnya, (6) renggangnya hubungan
kekeluargaan, (7) terjadinya penyimpangan moral dan sistem nilai, dan (8)
hilangnya identitas diri (Rusdi Muslim, Suara pembaharuan, 9 Oktober 1993).
Masalah lain sebagai dampak negatif dari kehidupan modern
ini adalah semakin kompleknya jenis-jenis dan syarat-syarat pekerjaan, jenis
dan pola kehidupan, jenis dan kesempatan pendidikan, persaingan antar individu,
dan sebagainya. Dengan demikian individu dituntut untuk lebih mampu menghadapi
berbagai masalah seperti masalah penyesuaian diri, masalah pemilihan pekerjaan,
masalah perencanaan dan pemilihan pendidikan, masalah-masalah hubungan sosial,
masalah keluarga, masalah keuangan, dan masalah-masalah pribadi. Dapat
dimaklumi bahwa tiap individu dapat berhasil dengan sebaik-baiknya mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya. Dalam hal ini individu-individu tertentu
perlu mendapatkan bantuan yang memadai dalam usaha mengatasi tantangan yang
ditimbulkan oleh masalah-masalah yang dihadapinya itu.
Sekolah tidak dapat melepaskan diri dari situasi kehidupan
masyarakat, dan mempunyai tanggung jawab untuk membantu para siswa atau peserta
didik sebagai pribadi maupun sebagai calon anggota masyarakat. Sebagai suatu
lembaga pendidikan formal, sekolah bertanggung jawab untuk mendidik dan
menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan diri di masyarakat dan mampu
memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Kegiatan belajar mengajar
merupakan salah satu diantara kegiatan yang diberikan oleh sekolah; namun
sesungguhnya kegiatan itu saja belum cukup memadai dalam menyiapkan siswa untuk
terjun ke masyarakat dengan berhasil. Oleh karena itu, sekolah hendaknya
memberikan bantuan secara pribadi kepada siswa agar mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya. Siswa hendaknya dibantu, agar apa yang mereka terima di
sekolah merupakan bakal untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Di dalam situasi inilah bimbingan dan konseling akan terasa
diperlukan sebagai suatu bentuk bantuan kepada siswa. Program bimbingan dan
konseling membantu berhasilnya program pendidikan pada umumnya.
B.
Batasan
Masalah
1.
Sebutkan macam-macam factor yang mempengaruhi belajar.
2.
Bagaimana proses dan tahapan yang
mempengaruhi dalam belajar.
C.
Tujuan
yang ingin dicapai
Dalam penyusunan makalah
ini,penulis mempunyai beberapa tujuan :
1.
Penulis ingin mengetahui teori- teori
factor yang mempengaruhi belajar.
2.
Penulis ingin mengetahui proses dan
tahapan yang mempengaruhi dalam belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor
Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Layanan BK
Kebutuhan akan
bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang
terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan
keadaannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh
individu yang terdapat dalam masyarakat itu.
Jadi kebutuhan akan
bimbingan itu timbul karena terdapat faktor yang m enambah rumitnya keadaan
masyarakat dimana individu itu hidup. Faktor-faktor itu diantaranya sebagai
berikut :
a. Perubahan
Konstelasi Keluarga
Pada tahun 1970 keluarga di
Amerika mengalami perubahan yang cukup berarti, seperti : melemahnya otoritas
pria (suami), meningkatnya tuntutan kesamaan hak bagi kaum perempuan, dan
meretaknya kedekatan hubungan antar anggota keluarga. Masalah tersebut diikuti
oleh permasalahan lain, yaitu semakin meningkatnya angka perceraian dari tahun
1970 sampai tahun 1980-an, dan kecenderungan pola orang tua tunggal (one/single-parent)
dalam keluarga. Suatu artikel yang berjudul “Typical American Family-A
Vinishing Institution” menyimpulkan hasil penelitian dan pemikiran sejumlah
para ahli nasional tentang keluarga sebagai berikut :
1)
Anak-anak diasuh secara berbeda dan sering dilakukan oleh orang luar (outsiders)
2) Ibu
merasa dihantui oleh perasaan bersalah pada saat meninggalkan anak-anaknya
untuk pergi bekerja.
3)
Perceraian dan masalah lain yang menyertainya terus meningkat.
4)
Keluarga kehilangan fungsi ekonomi, karena kaum perempuan menjadi lebih mandiri
dalam bidang finansial.
5)
Pasangan suami-istri cenderung kurang berminat untuk mempunyai anak.
Masalah
lain yang menerpa keluarga di Amerika adalah sebagai berikut :
1)
Meningkatnya pelecehan seksual terhadap anak-anak yang diestimasi mulai 5%
sampai 15% dari penduduk Amerika. Pelecehan ini melibatkan para nggota keluarga
atau orang-orang yang dikenal oleh keluarga. Dalam banyak kasus, pelecehan
seksual ini dipicu oleh masalah lain, seperti minuman keras, ketidakfungsian
keluarga, dan ekonomi yang murat-marit.
2)
Masalah pemukulan terhadap istri merupakan peristiwa yang sering terjadi dalam
keluarga. Kasus ini diperkirakan sekitar satu juta peristiwa dalam satu
tahunnya.
3) Banyak
orang tua yang datang ke konselor untuk mendiskusikan kesulitan dalam
berkomunikasi dengan anak, dan masalah penyalahgunaan obat dan minuman keras
yang dilakukan anak.
Terkait
dengan masalah keluarga yang disfungsional, Stephen R. Covey (1997)
mengemukakan sekitar 30 tahun yang lalu terjadi perubahan situasi keluarga yang
sangat kuat dan dramatis, yaitu terjadinya peristiwa berikut :
1)
Angka kelahiran anak yang tidak sah meningkat menjadi 400%.
2)
Persentase orang tua tunggal (single parent) telah berlipat ganda.
3)
Angka perceraian yang terjadi telah berlipat ganda, banyak pernikahan yang
berakhir dengan perceraian.
4)
Peristiwa bunuh diri dikalangan remaja meningkat sekitar 300%.
5)
Skor tes bakat skolastik para siswa turun sekitar 73 butir.
6)
Masalah nomor satu para wanita Amerika pada saat ini adalah tindakan kekerasan
(pemerkosaan). Sekitar empat juta wanita telah mendapat perlakuan kasar dari
para pasangannya.
7)
Seperempat remaja yang melakukan hubungan seksual telah terkena penyakit
kelamin sebelum menamatkan sekolahnya di Sekolah Menengah Atas.
Ketidak fungsian keluarga yang
melahirkan dampak negatif bagi kehidupan moralitas anak telah mendapat
perhatian organisasi wanita se-Asia Pasifik (Pan Pacific South east Asia
Women’s Association, PPSEWA), yaitu dengan mengadakan konferensinya yang ke 20
di Kuala Lumpur, Malaysia. Konferensi itu menyimpulkan bahwa ‘kerusakan yang
terjadi dalam keluarga di abad 20 semakin buruk. Perceraian dan perpisahan,
nyata-nyata menempati posisi tinggi. Diperkirakan sekitar 40%-50%’ generasi
mendatang akan menjadi keluarga yang broken home, akibat
perceraian orang tuanya, atau mereka yang hanya memiliki orangtua tunggal (single
parent). Oleh karena itu, tidak boleh kaget apabila kenakalan remaja, kekerasan
dan tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak muda akan semakin mewabah.
Disamping itu, kebergantungan para pemuda pada obat-obatan terlarang tidak akan
dapat dikontrol lagi, di sebagian besar negara di dunia ini (Suara
Pembaharuan : 27 Nopember 1997).
Senada dengan pernyataan di atas, Kartini Kartono (Pikiran
Rakyat, 11-12-1995) mengemukakan bahwa pesatnya arus globalisasi itu telah
berpengaruh kepada kehidupan keluarga menjadi atomistic dan cenderung
mengecilkan keutuhan keluarga. Dalam masyarakat modern, baik ayah maupun ibu
masing-masing sibuk mencari nafkah, mengejar karir atau kesibukan lainnya.
Sedangkan anak-anak bersekolah, mencari kawan seusia dan melakukan macam-macam
eksperimen, serta pengalaman sendiri. Keadaan ini menyebabkan komunikasi antara
orang tua dan anak menjadi sangat longgar atau tidak intim (bersifat
formalistik dan seklias). Anak-anak juga kurang diberi kesempatan berdialog
dengan orang tua dan adik kakanya secara akrab dan terbuka. Masing-masing
individu (anggota keluarga) banyak yang kesepian, merasa tidak punya kawan
berbicara dan merasa terabaikan. Menurunnya perhatian, bimbingan dan kasih
sayang orang tua diduga keras menjadi penyebab merosotnya prestasi pendidikan
anak usia sekolah, dan meningkatnya kasus kenakalan remaja yang sudah menjurus
ke arah brutalitas serta sadisme di kota-kota besar. Keluarga memang memberikan
pengaruh yang sangat menentukan pada pembentukan watak, kebiasaan hidup, dan
kepribadian anak.
Kecenderungan kehidupan keluarga seperti digambarkan diatas,
sangatlah tidak diharapkan, karena bagaimanapun keadaan keluarga itu sangat
berpengaruh kepada kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Keutuhan,
kestabilan, dan keharmonisan keluarga yang diwarnai nilai-nilai agama akan
melahirkan generasi muda yang berakhlak mulia, dan juga suasana kehidupan
masyarakat yang harmonis. Apabila yang terjadi sebaliknya, maka malapetaka yang
dialami oleh para anggota keluarga dan juga masyarakat pada umumnya.
Untuk memelihara keutuhan atau keharmonisan keluarga memang
tidaklah mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal
(dalam keluarga itu sendiri) maupun faktor eksternal. Ketidaksiapan atau
ketidak mampuan
keluarga dalam melaksanakan atau menghadapi faktor-faktor tersebut akan
menjerumuskannya ke lembah keretakan (broken home) atau ketidak
berfungsian keluarga.
Faktor internal terkait dengan sikap dan perlakuan orangtua,
atau keberfungsian keluarga. Sehubungan dengan hal itu, Djawad Dahlan (1989)
mengemukakan bahwa termanifestasikannya rasa cinta dalam tingkah laku setiap
anggota keluarga yang tanpa pamrih akan dirasakan anak didik sebagai contoh
atau teladan dari orangtuanya yang memberi arti bagi kehidupan pribadi anak
yang mandiri. Keluarga seperti ini akan memperlihatkan pamornya sehingga anak
akan merasa aman hidup bersama orangtuanya yang berwibawa.
Yaumil C. Akhir (Djuriah M. Utja, 1995) dalam membahas
fungsi keluarga, mengemukakan bahwa terdapat beberapa fungsi keluarga, yaitu
(a) fungsi keagamaan, (b) fungsi sosial budaya, (c) fungsi cinta kasih, (d)
fungsi perlindungan, (e) fungsi reproduksi, (f) fungsi sosialisasi dan
pendidikan, (g) fungsi ekonomi, dan (h) fungsi pembinaan lingkungan.
Keluarga yang fungsional (normal) adalah keluarga yang
diandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Saling memperhatikan dan mencintai
2)
Bersikap terbuka dan jujur
3)
Orang tua mau mendengarkan anak, menerima perasaannya dan mengakui
pengalamannya.
4)
Ada sharing masalah diantara anggota keluarga
5)
Mampu berjuang mengatasi masalah kehidupannya
6)
Saling menyesuaikan diri dan mengakomodasi
7)
Orang tua mengayomi atau melindungi anak
8)
Komunikasi antar anggota keluarga berlangsung dengan baik
9)
Keluarga memenuhi kebutuhan psikososial anak dan mewariskan nilai-nilai budaya
10) Mampu
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
Apabila suatu keluarga telah dapat melaksanakan
fungsi-fungsi di atas, maka dalam keluarga tersebut akan berkembang situasi
kehidupan yang sakinah, mawadah, warahmah. Dalam hal ini, para anggota keluarga
akan merasakan ketentraman batin, kebahagiaan hidup, karena adanya sikap
mengasihi sikap mengasihi, mencintai dan membantu.
Sementara keluarga yang disfungsional (tidak normal)
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1)
Adanya pengekangan dorongan dan penindasan perasaan
2)
Mengalami kematian emosional, dingin dalam pergaulan, kurang adanya kehangatan
dan persahabatan, penuh kemuraman dan kesedihan.
3)
Kurang bisa beradaptasi dengan keadaan yang berubah
4)
Tidak berfungsinya struktur keluarga.
Bagi keluarga yang mengalami kondisi disfungsional seperti
diatas, seringkali dihadapkan kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan
keluar atau pemecahan masalah yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera
mendapat bantuan dari luar, maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah. Salah
satu bantuan yang dapat memfasilitasi keluarga memecahkan masalah yang
dihadapinya adalah layanan konseling (family counseling) yang diberikan
oleh seorang konselor yang profesional.
b.
Perkembangan Dunia Pendidikan
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan demokratisasi
dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini berarti pemberian
kesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah ataupun oleh badan swasta. Kesempatan yang terbuka ini
menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalangan yang berbeda-beda
latar belakangnya antara lain : agama, etnis, keadaan sosial, adat istiadat,
dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalah yang dihadapi
oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Tidak sedikit konflik
yang terjadi dalam kelompok semacam itu. Kelompok itu terdiri atas orang-orang
yang pada mulanya tidak hendak bersatu, sedangkan dalam kesempatan yang terbuka
itu, mereka terpaksa bergaul bersama-sama.
Hal ini sering menimbulkan terjadinya kelompok-kelompok
kecil yang berusaha memisahkan diri dari kelompok besar dimana mereka berada.
Dan hal ini menambah meruncingnya pertentangan-pertentangan yang memerlukan
pemecahan yang sungguh-sungguh. Pemecahan ini dapat diperoleh dengan
melaksanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang bersangkutan, dalam hal ini
kelompok murid sekolah. Pada tahun 1970 telah terjadi perubahan yang cukup
dramatis di sekolah-sekolah negeri di Amerika, yaitu meningkatnya perhatian terhadap
penuntasan keterampilan belajar yang fundamental, seperti membaca, menulis,
berbicara, dan aritmatik/matematika.
Sebagai akibat dari pelaksanaan falsafah demokrasi dan
perkembangan teknologi, program pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan pun perlu dikembangkan sesuai
dengan perkembangan masyarakat itu. Perkembangan pendidikan tampak dalam tiga
arah, ialah arah meninggi, meluas, dan mendalam.
Arah meninggi tampak dalam bertambahnya kesempatan dan
kemungkinan bagi murid untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Arah ini menimbulkan kebutuhan bimbingan bagi murid-murid untuk memilih
kelanjutan sekolah kelanjutan sekolah yang paling tepat, serta menilai
kemampuan murid yang bersangkutan, apakah dia tepat untuk melanjutkan
pelajaran.
Arah meluas tampak dalam pembagian sekolah dalam berbagai
jurusan khusus dan sekolah kejuruan. Hal ini menimbulkan kebutuhan akan
bimbingan untuk memilih jurusan yang khusus dan memilih bidang studi yang tepat
bagi setiap murid.
Arah mendalam tampak dalam berkembangnya ruang lingkup dan
keragaman disertai dengan pertumbuhan ekonomi tingkat kerumitan dalam tiap
bidang studi. Hal ini menimbulkan masalah bagi murid untuk mendalami tiap
bidang studi dengan tekun. Perkembangan ke arah ini bersangkut paut pula dengan
kemampuan dan sikap serta minat murid terhadap bidang studi tertentu. Ini semua
menimbulkan akibat bahwa setiap murid memerlukan perhatian yang bersifat
individual dan khusus. Dalam hal ini pula terasa sekali kebutuhan akan
bimbingan di sekolah.
c.
Dunia Kerja
Dewasa ini masalah karir telah menjadi komponen layanan
bimbingan yang lebih penting dibandingkan pada masa sebelumnya. Fenomena ini
disebabkan oleh adanya berbagai perubahan dalam dunia kerja, terutama pada
tahun 1970-an. Berbagai perubahan itu diantaranya sebagai berikut :
1)
Semakin berkurangnya kebutuhan terhadap para pekerja yang tidak memiliki
keterampilan.
2) Meningkatnya
kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki keterampilan
teknik.
3)
Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi
maju.
4)
Berkembangnya perindustrian diberbagai daerah
5)
Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru
6)
Semakin bertambahnya jumlah para pekerja yang masih berusia muda dalam dunia
kerja.
d. Perkembangan
Komunikasi
Dampak media massa (terutama televisi) terhadap kehidupan
manusia sangatlah besar. Pengaruhnya seperti virus influensa yang mudah
menyebar ke tubuh manusia. Televisi telah menjadi pusat hiburan keluarga.
Dewasa ini anak-anak dan para remaja rata-rata menghabiskan waktu setiap
harinya sekitar 6 jam untuk menonton televisi. Propaganda atau iklan yang
ditayangkan televisi telah mengembangkan sikap konsumerisme di kalangan
masyarakat.
Di samping itu program-program yang ditayangkannya tidak
sedikit yang merusak nilai-nilai pendidikan, karena banyak adegan kekerasan,
mistik, dan a moral. Sehubungan dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi
orang tua untuk membimbing anak, dalam rangka mengembangkan kemampuannya untuk
menilai setiap tayangan yang ditontonnya secara kritis. Dalam hal ini layanan
bimbingan yang memfasilitasi berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil
keputusan (decision-making skill) merupakan pendekatan yang sangat
tepat.
e. Pembawaan dan Lingkungan
Pembawaan dan lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang
membentuk dan mempengaruhi perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek
psiko-fisik, seperti struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat,
kecerdasan, atau ciri-ciri-kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya
bersifat potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan
mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan
dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki
pembawaan yang tinggi dan ada pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya
dalam kecerdasan, ada yang sangat tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat
kurang (debil, embisil atau ideot). Demikian pula dengan lingkungan, ada
individu yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif dengan sarana dan
prasarana yang memadai, sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya dapat
berkembang secara optimal. Namun ada pula individu yang hidup dan berada dalam
lingkungan yang kurang kondusif dengan sarana dan prasarana yang serba terbatas
sehingga segenap potensi bawaan yang dimilikinya tidak dapat berkembang dengan
baik dan menjadi
tersia-siakan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebutuhan
akan bimbingan timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu
yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur masyarakat dan
keadaannya, semakin banyak dan rumit pulalah masalah yang dihadapi oleh
individu yang terdapat dalam masyarakat itu.
Ketidakberfungsian
keluarga melahirkan dampak negatif bagi kehidupan moralitas anak. Bagi keluarga
yang mengalami kondisi disfungsional seperti di atas, seringkali dihadapkan
kepada kebuntuan atau kesulitan mencari jalan keluar atau pemecahan masalah
yang dihadapinya, sehingga apabila tidak segera mendapat bantuan dari luar,
maka masalah yang dihadapinya akan semakin parah. Salah satu bantuan yang dapat
memfasilitasi keluarga memecahkan dan konseling yang berupaya membantu untuk
memelihara keutuhan atau keharmonisan keluarga.
Demokrasi dalam bidang kenegaraan menyebabkan
demokratisasi dalam bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Hal ini
berarti pemberian kesempatan kepada setiap orang untuk menikmati pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pun oleh badan swasta. Kesempatan
yang terbuka ini menyebabkan berkumpulnya murid-murid dari berbagai kalangan
yang berbeda-beda latar belakangnya antara lain : agama, etnis, keadaan sosial,
adat istiadat, dan ekonomi. Hal semacam ini menimbulkan bertumpuknya masalah
yang dihadapi oleh orang yang terlibat dalam kelompok campuran itu. Pemecahan
ini dapat diperoleh dengan melaksanakan bimbingan bagi anggota kelompok yang
bersangkutan, dalam hal ini kelompok murid sekolah.
Berbagai
perubahan dalam dunia kerja menuntut keahlian khusus dari para pekerja. Untuk
itu perlu dipersiapkan tenaga-tenaga yang terampil dan memiliki sikap mental
yang tangguh dalam bekerja. Bimbingan dan konseling diperlukan untuk membantu
menyiapkan mental para pekerja yang tangguh itu.
DAFTAR ISI
SUMBER: Dr Syamsu Yusuf ,LN. Dr.
A.Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT Remaja
Rosdakarya,bandings
Tidak ada komentar:
Posting Komentar