LANDASAN RELIGIUS
(Resume)
Oleh :
IDHAM EFENDI 11
020 033
MISWANTORO 11
020 042
SILMI FAHRUNNISA 11
020 053
RIRIN DWI SUSANTI 11
020 024
YUNITA LESTARI 11
020 024
LEVI PRIANTI 11
020 054
KARTINI 11
020 013
RINA HIDAYAH K. 11
020 036
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2013
A.
LANDASAN RELIGIUS DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
Landasan
Religius
Agama
(Religion) berasal dari kata Latin “religio”, berarti “tie-up”. Dalam bahasa
Inggris, Religion dapat diartikan “having engaged ‘God’ atau ‘The Sacred
Power’.
Secara umum di Indonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah laku, nilai, pengalaman dan yang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah spiritual/ritual yang diterapkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan antar generasi dalam tradisi.
Secara umum di Indonesia, Agama dipahami sebagai sistem kepercayaan, tingkah laku, nilai, pengalaman dan yang terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah spiritual/ritual yang diterapkan dalam sebuah komunitas dan diwariskan antar generasi dalam tradisi.
Ditegaskan
pula oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat
ini adalah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern
dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang
dialami bangsa-bangsa Barat yang ternyata telah menimbulkan berbagai suasana
kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa
kehampaan. Dewasa ini sedang berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan
yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Kondisi ini telah mendorong
kecenderungan berkembangnya bimbingan dan konseling yang berlandaskan spiritual
atau religi.
Melalui
pendekatan agama seorang konselor akan mampu mengatasi permasalahan apapun yang
dihadapi klien/siswanya. Karena agama mengatur segala kehidupan manusia,
seperti mengatur bagaimana supaya hidup dalam ketentraman batin/jiwa atau
dengan kata lain bahagia di dunia dan akherat.
Pemahaman
agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan
kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek penting
yaitu :
1. Aspek
pertama dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada jiwa atau pembentukan
kepribadian.
2. Aspek
kedua dari pendidikan agama, adalah ditujukan kepada pikiran atau pengajaran
agama itu sendiri.
Ada beberapa
peran agama dalam kesehatan mental, antara lain :
1. Dengan
agama dapat memberikan bimbingan dalam hidup
2. Aturan
agama dapat menentramkan batin.
3. Ajaran
agama sebagai penolong dalam kebahagiaan hidup
4. Ajaran
agama sebagai pengendali moral
5. Agama
dapat menjadi terapi jiwa
6. Agama
sebagai pembinaan mental
Dalam
landasan religius BK diperlukan penekanan pada 3 hal pokok :
1.
Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang
memiliki sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tidak boleh
dibiarkan agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang
akan mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
2.
Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara
kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap
keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi
dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari
penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
3.
Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama
hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien
sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri, sehingga
agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan.
Agama sebagai
pedoman hidup memiliki fungsi :
1. Memelihara
fitrah
2. Memelihara
jiwa
3. Memelihara
akal
4. Memelihara
keturunan
B.
TERAPI KEJIWAAN DENGAN PENDEKATAN
AGAMA DAN KAITANNYA DALAM BIMBINGAN KONSELING
Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga
untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian
pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah
agamanya.
Salah satu
akibat terjadinya gangguan jiwa adalah ketidakberhasilan seseorang dalam
memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan primer (jasmaniah) maupun
rohaniah
(psikis dan sosial). Hal ini menimbulkan perasaan gelisah dan terganggunya
kestabilan
emosi seseorang.
Kesehatan
mental adalah suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman,
dan tentram. Upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan
antara lain
melalui penyesuaian diri secara Resignasi. Para ahli jiwa
(Psikolog)
mengakui,
bahwa taubat merupakan sarana pengobatan gangguan kejiwaan yang jitu.
Karena ada
sebagian orang yang dihinggapi Maniac Depresive, yang disebabkan karena
adanya
perasaan bersalah.
Beberapa Definisi Manusia :
a. Manusia adalah
makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia
mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
b. Manusia adalah
kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan :
kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas
sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah
dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur
tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi
eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti
Tuhan
c. Manusia adalah
makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam
arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia
eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu
menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada
permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar
penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati
batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau
dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia
mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri.
Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
d. Manusia adalah
makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg
mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari,
manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
e. Manusia adalah
makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara
keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan
manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan
untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan
dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu
posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
f. Manusia adalah
makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas
dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya.
Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme
tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg
ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan,
menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan
ruhaniah.
g. Manusia adalah
makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai
terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku,
perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat
timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan
dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau
mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
h. Manusia adalah
makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai
suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia
memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk
memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan
alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak
akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.
Al Qur’an
memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan social. Manusia
sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia
sebagai insan dan al-nas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki
kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.
Manusia
memiliki fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat dikelompokkan pada dua
hal, yaitu potensi fisik dan potensi ruhaniah.
Potensi fisik
manisia adalah sifat psikologis spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir
diberi ilmu dan memikul amanah.sedangkan potensi ruhaniah adalah akal, gaib,
dan nafsu. Akal dalam penertian bahasa Indonesia berarti pikiran
atau rasio. Dalam Al Qur’an akal diartikan dengan kebijaksanaan, intelegensia,
dan pengertian. Dengan demikian di dalam Al Qur’an akal bukan hanya pada ranah
rasio, tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu akal diartikan dengan
hikmah atau bijaksana.
Musa Asyari
(1992) menyebutkan arti alqaib dengan dua pengertian, yang pertama pengertian
kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang berbentuk bulatpanjang, terletak
di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung. Sedangkan arti yang kedua
adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan rohaniah, yaitu
hakekat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan, dan
arif.
Akal digunakan
manusia dalam rangka memikirkan alam, sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan
yang berpusat pada qalbu.
Adapun nafsu
adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya.
Dorongan-dorongan ini sering disebut dorongan primitif, karena sifatnya yang
bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut
sebagai dorongan kehendak bebas.
C. PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN MANUSIA DENGAN MAHLUK LAIN.
Manusia pada
hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan
tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan
kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan,
kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.
Manusia sebagai
salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki
karakter paling unik. Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan
binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan
yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam
kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang
memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat
instinctif.
Dibanding
dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan
manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk
bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di
udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun
ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai
keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau
makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70.
Diantara karakteristik manusia adalah :
a. Aspek Kreasi
b. Aspek Ilmu
c. Aspek Kehendak
d. Pengarahan
Akhlak
Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan
pembuktian dengan kenyataan faktual dan kesederhanaan langsung, yang
kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina
(wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan
faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup
terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing.
Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati
mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan
makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang
monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut
jiwa vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada
tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan, selain kemampuan bisa bergerak
bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif. Dalam
kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain mempunyai
kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis
makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk
berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang
memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat.
Prinsip inilah yang betul-betul membeda manusia dari segala makhluk lainnya.
D. TUJUAN
PENCIPTAAN MANUSIA
Allah SWT
berfirman dalam surat Ad-dzariyat:56 bahwasannya:”Allah tidak menciptakan
manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya”mengabdi dalam bentuk apa?ibadah
dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum dalam
Al-qur’an
لِيَعْبُدُونِ وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا
“Sesungguhnya telah ciptakan jin dan manusia kecuali
untuk beribadah.”
Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada
manusia dalam beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil
menuju kepada hal yang paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada
Al-qur’an dan hadist didalam menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan
larangan-larangannya yang seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran
manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah neraka yang sangat
menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus
kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik
Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga
itu sangatlah susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah
pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan
berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang
mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai
untuk mendekati,menjalankan larangan-larangannya.Sehingga mereka bertolak
belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk
beribadah.Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan
bahagia di akhirat.
E. FUNGSI DAN
PERANAN MANUSIA
Berpedoman
kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku
ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi
pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah,
seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada
orang lain.
Peran yang
hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah :
1)
Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al
Mukmin :54)
belajar yang
dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu
Al Qur’an.
2)
Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39)
ilmu yang
diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja,
tetapi juga ilmu Allah.
3)
Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 )
Ilmu yang telah
diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang
telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Manusia
terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan.
Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya
dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak
yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi
manusia yang amat terbatas pikirannya.
Kuasa memberi
juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu
diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu
dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak
terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain
tidak penting lagi.
Suka duka
adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan
diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain
sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan
permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia
yang memainkan perannya itu.
Walaupun
seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik
permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran
kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau
pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji
dimata Tuhan juga dimata manusia.
Apalah artinya
seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan hal
hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata
Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila
seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak
terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya
pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan.
“Wahai orang orang yang beriman,
jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan
bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang
bengis dan sadis yang tidak mengabaikan
apa yang diperintahkan kepada mereka, dan
mereka melakukan apa yang diperintahkan”
Itulah firman Allah yang diberikan
kepada manusia dalam menjalankan peranannya
selama hidup di muka bumi.Peran
terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari
peran untuk keluarga atau pun negara
tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri
sebelum berperan untuk orang
lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri
sendiri secara terus menerus untuk
mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah
pribadi telah menguasai peranannya
untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang
lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata
kata dari seorang teman yang pernah berbagi
dengan saya tentang masalah berderma.
Dia berkata pada saya”kawan untuk kita bisa
memberikan sesuatu kepada orang lain
tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih
dahulu, tidak mungkin kita dalam
kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng
lain”.Jadi untuk bisa membangun sebuah
keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang
lebih besar lagi maka haruslah menjadi
kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu
membangun diri kita.
F. TANGGUNG JAWAB
MANUSIA SEBAGAI HAMBA ALLAH
Tanggungjawab
Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat
fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu
wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau
melemah).
Tanggung jawab
terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab terhadap diri sendiri.
Oleh karena itu, dalam al-Qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum
naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari neraka).
Allah dengan
ajaranNya Al-Qur’an menurut sunah rosul, memerintahkan hambaNya atau Abdullah
untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah
adlah menegakkan keadilanl, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya
mencegah kekejian moral dan kenungkaran yang mengancam diri dan keluarganya.
Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa melaksanakan solat dalam rangka
menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaa’iwalmunkar).
Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan
juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat ma’ruf dan mencegah
kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang
senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
G.
TANGGUNG JAWAB MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
ALLAH
Manusia
diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus
dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka
bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka
bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat
kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka
bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai
khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga
kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai
khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang
dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang.
Kekuasaan
manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang
baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam
kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan
yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta
mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta
pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang
diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya
adalah :
“Dia-lah yang
menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka
(akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak
lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Kedudukan
manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah
dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak
terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang
menciptakannya.
Dua sisi tugas
dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang
menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah,
seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya
“sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
H. PERSYARATAN SEBAGAI KONSELOR
Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan
tiga bidang dalam kegiatan utamanya scara sinergi, yaitu bidang administratif
dan kepemimpinan, bidang instruktusional dan kurikuler, dan pembinaan
siswa.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administrative dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik namun kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Oleh sebab itu, adanya bimbingan dan konseling secara langsung antara seorang konselor dengan konseli atau klien sangat dibutuhkan.
Pentingnya bimbingan dalam pendidikan, menuntut seorang konselor memiliki syrat-syarat yang selayaknya ia miliki sebagai seorang pembimbing untuk kelancaranya dalam melaksanakan bimbingan konseling.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administrative dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik namun kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Oleh sebab itu, adanya bimbingan dan konseling secara langsung antara seorang konselor dengan konseli atau klien sangat dibutuhkan.
Pentingnya bimbingan dalam pendidikan, menuntut seorang konselor memiliki syrat-syarat yang selayaknya ia miliki sebagai seorang pembimbing untuk kelancaranya dalam melaksanakan bimbingan konseling.
a) Syarat-Syarat
Pembimbing (Konselor) di Sekolah
Arifin dan Eti Kartikawati
(1994/1995) menyatakan bahwa: petugas bimbingan dan konseling di sekolah
dipilih berdasarkan kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman kerja, dan kemampuan.
Berdasarkan kualifikasi
tersebut,untuk memilih dan mengangkat seorang petugas bimbingan (konselor) di
sekolah harus memenuhi syarat-syarat yang berkaitan dengan
kepribadiannya,pendidikannya, pengalamannya, dan kemampuannya.
Kepribadian Petugas Bimbingan
Syarat petugas bimbingan di sekolah
diantaranya adalah sifat kepribadian konselor. Seorang konselor harus memiliki
kepribadian yang baik. Kepribadian konselor sangat berperan dalam usaha
membantu siswa untuk tumbuh. Banyak penelitian telah dilakukan oleh sejumlah
ahli tentang ciri-ciri khusus yang dibutuhkan oleh seorang konselor. Polmantier
(1966) telah mengadakan survei dan studi mengenai sifat-sifat kepribadian
konselor menyatakan:
a. Konselor adalah pribadi yang
intelegen, memiliki kemampuan berpikir verbal dan kuantitatif, bernalar dan
mampu memecahkan masalah secara logis dan persetif.
b. Konselor menunjukkan minat kerja
sama dengan orang lain, di samping seorang ilmuwan yang dapat memberikan
pertimbangan dan menggunakan ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku individual
dan social
c. Konselor menampilkan kepribadian
yang dapat menerima dirinya dan tidak akan menggunakan kliennya untuk kepuasan
kebutuhan pribadinya melebihi batas yang ditentukan oleh kode etik
profesionalnya.
d. Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenarannya sebab nilai-nilai ini akan mempengaruhi perilakunya dalam situasi konseling dan tingkah lakunya secara umum.
d. Konselor memiliki nilai-nilai yang diakui kebenarannya sebab nilai-nilai ini akan mempengaruhi perilakunya dalam situasi konseling dan tingkah lakunya secara umum.
d. Konselor menunjukkan sifat yang
penuh toleransi terhadap masalah-masalah yang mendua dan ia memiliki kemampuan
untuk menghadapi hal-hal yang kurang menentu tersebut tanpa terganggu
profesinya dan aspek kehidupan pribadinya.
e. Konselor cukup luwes untuk memahami
dan memperlakukan secara psikologis tanpa tekanan-tekanan sosial untuk memaksa
klien menyesuaikan dirinya.
Jones menyebutkan 7 sifat yang harus
dimiliki oleh seorang konselor:
a. Tingkah laku yang etis
b. Kemampuan intelektual
c. Keluwesan (flexibility)
d. Sikap penerimaan (acceptance)
e. Pemahaman (understanding)
f. Peka terhadap rahasia pribadi
g. Komunikasi
Situasi konseling menuntut reaksi
yang adekuat dari pihak konselor, yaitu konselor harus dapat bereaksi sesuai
dengan perasaan dan pengalaman konseli. Bentuk reaksi ini sangat diperlukan
oleh konseli karena dapat membantu konseli melihat perasaanya sendiri.
b) Pendidikan
Seorang guru pembimbing atau konselor profesional selayaknya memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan bimbingan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurannya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Seorang guru pembimbing atau konselor nonprofessional yakni alumni fakultas keguruan atau tarbiyah dapat diangkat menjadi seorang konselor profesional, tetapi harus mengikuti terlebih dahulu pendidikan tambahan (pendididkan profesi) dalam bidang bimbingan dan konseling. Syarat pendidikan berkenaan dengan keilmuan yang dimiliki oleh guru pembimbing atau konselor. Konselor tidak saja harus memiliki ilmu bimbingan dan konseling, tetapi juga harus memiliki pengetahuan psikologi, bimbingan, dan konseling keterampilan komunikasi sosial dan konseling.
Seorang guru pembimbing atau konselor profesional selayaknya memiliki pendidikan profesi, yaitu jurusan bimbingan konseling Strata Satu (S1), S2 maupun S3. Atau sekurang-kurannya pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan tentang bimbingan dan konseling. Seorang guru pembimbing atau konselor nonprofessional yakni alumni fakultas keguruan atau tarbiyah dapat diangkat menjadi seorang konselor profesional, tetapi harus mengikuti terlebih dahulu pendidikan tambahan (pendididkan profesi) dalam bidang bimbingan dan konseling. Syarat pendidikan berkenaan dengan keilmuan yang dimiliki oleh guru pembimbing atau konselor. Konselor tidak saja harus memiliki ilmu bimbingan dan konseling, tetapi juga harus memiliki pengetahuan psikologi, bimbingan, dan konseling keterampilan komunikasi sosial dan konseling.
c) Pengalaman
Seorang konselor harus memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun mengajar, banyak membimbing berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan banyak pengalaman dalam organisasi. Corak pengalaman yang dimiliki seorang konselor akan membantunya mendiagnosis dan mencari alternative solusi terhadap klien.
Seorang konselor harus memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun mengajar, banyak membimbing berbagai kegiatan ekstrakulikuler dan banyak pengalaman dalam organisasi. Corak pengalaman yang dimiliki seorang konselor akan membantunya mendiagnosis dan mencari alternative solusi terhadap klien.
d) Kemampuan
Seotrang pembimbing harus memiliki kemampuan (kompetensi). M.D. Dahlan (1987) menyatakan bahwa konselor dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan melaksanakan konseling. Guru pembimbing atau konselor harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-sifat seseorang, daya kekuatan pada diri seseorang, merasakan kekuatan jiwa apakah yang mendorong seseorang berbuat dan mendiagnosis berbagai persoalan siswa, selanjutnya mengembangkan potensi individu secara positif.
Seotrang pembimbing harus memiliki kemampuan (kompetensi). M.D. Dahlan (1987) menyatakan bahwa konselor dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan melaksanakan konseling. Guru pembimbing atau konselor harus mampu mengetahui dan memahami secara mendalam sifat-sifat seseorang, daya kekuatan pada diri seseorang, merasakan kekuatan jiwa apakah yang mendorong seseorang berbuat dan mendiagnosis berbagai persoalan siswa, selanjutnya mengembangkan potensi individu secara positif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari
pemaparan makalah di atas dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan dan
konseling merupakan bagian integral dari pendidikan. Landasan agama dalam
bimbingan dan koseling merupakan dasar pijakan yang paling penting yang harus
dipahami secara menyeluruh dan komprehensif bagi seorang konselor. Karena
konselor tidak hanya sekedar menuangkan pengetahuan ke otak saja atau
pengarahan kecakapannya saja tetapi agama penting untuk menumbuhkembangkan
moral, tingkah laku, serta sikap siswa yang sesuai dengan ajaran agamanya. Oleh
karena itu disinilah posisi keagamaan menjadi semakin penting untuk mengatasi
kegelisahan-kegelisahan jiwa yang dialami setiap manusia. Landasan agama harus diupayakan seoptimal mungkin
dalam pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah. Konselor haruslah senantiasa
berpijak pada landasan agama dan memberikan siraman rohani pada siswa-siswanya
agar siswa tersebut memperoleh pengetahuan yang cukup sehingga menjadi suatu
bekal serta menjadikan jiwa-jiwa yang kuat ketika menghadapi permasalahan
kelak. Demikianlah makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua, amin.
B.
REKOMENDASI
Dalam
proses Bimbingan Konseling, diperlukan yang namanya landasan religius. karena
dalam setiap pemecahan masalah, landasan religius merupakan suatu pedoman dalam
mengatasi masalah kliennya atau individu.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Bacaan :
Sudrajat,
Akhmad, M.Pd., 2008, Landasan Bimbingan dan Konseling.
Daradjat,
Dr. Zakiyah, 1990, Kesehatan Mental, CV. Haji Masagung, Jakarta.
……………………,1995, Peranan Agama dalam
Kesehatan Mental”, CV. Haji Masagung, Jakarta.
Jalaludin,
2004, Psikologi Agama, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Abin Syamsuddin Makmun. 2003.
Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Abdul Rahman Saleh,Muhbib Abdul
Wahab. 1999 . Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam
DAFTAR NAMA KELOMPOK:
NAMA
|
NPM
|
TTD
|
AKHMAD NUR MA’ARIF
|
12020007
|
1
|
RASYID SHIDDIQ
|
12020009
|
2
|
ARIF DWI SAPUTRA
|
12020010
|
3
|
SEPTIAN BUDI SANTOSO
|
12020019
|
4
|
AMIN SUBAGIYONO
|
12020025
|
5
|
NURDIN HIDAYAT
|
12020051
|
6
|
IQROM FIKRI
|
12020061
|
7
|
LAILA MUAMAROH
|
12020066
|
8
|
LANDASAN
RELIGI
(Makalah)
Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata
Kuliah Landasan Sosial Budaya Bk Pada Semester II
Dosen pengampuh:
Ainur Rosidah, S,Pd
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar